PERBEDAAN
MINAT KARIR ANTARA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DENGAN SISWA MADRASAH
TSANAWIYAH (MTs)
Mudhar
Bimingan dan Konseling – FKIP Universitas PGRI
Adibuana Surabaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
minat karir antara siswa SMP dengan siswa MTs. Penelitian ini dilakukan pada
siswa SMP Unggulan Bina Insani Surabaya dan MTs Negeri III Surabaya. Alat ukur
minat yang digunakan adalah Rothwell Miller Interest Blank (RMIB), yang dapat
mengungkap 12 aspek minat karir, yaitu : outdoor, mechanical, compulational,
scientific, personal contact, aesthetic, literary, musical, social service, clerical,
practical dan medical. Hasil penelitian ada 3 aspek minat karir yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara minat karir siswa SMP
dengan minat karir siswa MTs, yaitu aspek scientific, personal contact dan
practical. Sedangkan 9 aspek lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan minat
karir antara siswa SMP dengan siswa MTs. Aspek-aspek minat karir yang tidak
berbeda adalah outdoor, mechanical, compulational, aesthetic, literary,
musical, social service, clerical dan medical.
Kata kunci : minat karir
PENDAHULUAN
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, tempat untuk menimba
ilmu, tempat melatih keterampilan, tempat untuk bersosialisasi serta tempat
untuk mengembangkan bakat dan minat. Ternyata tuntutan masyarakat terhadap
sekolah tidak hanya terbatas pada hal tersebut, perkembangan industri sekarang
ini yang kian pesat ternyata membuat perusahaan-perusahaan melirik sekolah
sebagai salah satu penyedia tenaga kerjanya walaupun bukan sebagai yayasan atau
lembaga penyedia tenaga kerja, namun lebih sebagai lembaga yang menyiapkan
kemampuan atau potensi untuk mampu bekerja. Bahkan ada juga lembaga pendidikan
yang menjadi penghubung atau fasilitator antara pencari kerja dan pemberi
kerja.
Permasalahan yang banyak dihadapi oleh pengusaha adalah
kesulitan mencari tenaga kerja untuk perusahaannya. Padahal realitas yang ada
dimasyarakat, jumlah tenaga kerja yang tersedia banyak sekali dan masih belum
mendapatkan pekerjaan, namun mengapa perusahaan-perusahaan masih merasa
kesulitan untuk memperoleh tenaga kerja. Jawabannya adalah karena kualitas
sumber daya manusia yang masih kurang memenuhi kualifikasi perusahaan.
Sekolah atau guru pada khususnya sebagai pendidik
merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Dipundaknya terdapat tanggung jawab dan harapan besar orang tua dalam upaya
mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan serta harapan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa ujung dari proses pendidikan atau proses belajar
mengajar di sekolah adalah mendapatkan pekerjaan yang layak dikemudian hari.
Suatu hal yang wajar ketika para orang tua berusaha mencarikan sekolah yang
bagus, yang berkualitas dengan harapan putra-putrinya mampu berkompetisi dengan
anak-anak yang lain. Puluhan juta bahkan ratusan juta dipersiapkan agar
putra-putrinya dapat menimba ilmu di lembaga yang dianggap berkualitas, yang
menjadi harapannya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada sekolah atau
perguruan tinggi yang menjadi favorit, menjadi rebutan siswa atau orang tua.
Ada fakultas atau program studi yang menjadi rebutan walaupun biaya yang harus
dibayar dengan nilai ratusan juta. Berbagai alasan siswa dan orang tua berebut
fakultas atau program studi studi tersebut, mulai dari melanjutkan atau penerus
profesi orang tuanya, kemungkinan kemudahan peluang kerja ketika lulus, tidak
banyak pesaing, bahkan pada persoalan nilai status sosial. Karena ada anggapan
bahwa jika dapat diterima di fakultas tertentu, ia adalah anak yang pinter,
anak yang cerdas, teman-temannya memiliki status sosial yang menengah keatas.
Hal ini sering kali mengalahkan faktor minat dan kepribadian, yang sebenarnya
juga sangat penting dalam proses belajar mengajar dan dalam dunia kerja.
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran
yang berorientasi kepada peserta didik (student oriented), maka peran guru
dalam proses pembelajaranpun mengalami pergeseran, salah satunya adalah
penguatan peran guru sebagai motivator dan fasilitator. Dengan demikian, dalam
hal ini selain peran guru sebagai pendidik dan pengajar juga peran guru
dituntut sebagai motivator bagi siswanya. Karena dengan demikian, siswa tidak
akan mengalami titik jenuh dalam belajar dan pada akhirnya minat dan motivasi
siswa dalam belajar terus meningkat.
Keberhasilan belajar serta keberhasilan karir peserta
didik dapat dipengaruhi juga oleh pemilihan dan penetapan peminatan belajar
yang tepat. Peserta didik dalam proses pembelajaran akan melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap bidang keahlian atau bidang pelajaran yang ia
tempuh. Ketika materi pelajaran yang ia terima sesuai dengan minat atau
keinginannya tentunya akan lebih nyaman, tidak memerlukan penyesuaian yang
berat. Hal ini memerlukan pendampingan agar jangan sampai mengalami kesulitan
dan dapat berkembang secara cepat dan optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Keadaan minat individu yang perlu diketahui karena ini
merupakan suatu hal yang penting. Keadaan minat individu tersebut diketahui
melalui pengukuran minat seperti yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabra ta
(2008), pengukuran minat merupakan hal yang penting karena terbukti minat
mempunyai peran yang penting dalam hal berhasil tidaknya seseorang dalam
berbagai bidang, terutama dalam studi dan kerja.
Arah peminatan peserta didik dapat dimulai saat peserta
didik mengenal objek dan diberi kesempatan atau ada kesempatan untuk berbuat.
Semenjak anak usia dini yang dikembangan melalui Pendidikan Anak Usia Dini,
dilanjutkan ke pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama,
Sekolah Menengah Tingkat Atas dan sampai di tingkat Perguruan Tinggi. Arah
peminatan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya yang dapat berupa
peminatan terhadap mata pelajaran, studi lanjut, keahlian, pekerjaan, jabatan,
dan kehidupan keluarga. Harapan akhir dari pendidikan adalah peserta didik
menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas dan terampil, serta dapat mencapai
kemandirian, kebahagiaan dan kesejahteraan.
Minat bukanlah hal yang dibawa sejak lahir, melainkan
timbul sejalan dengan pengalaman individu. Minat bersifat pribadi dan
berkembang dimulai sejak masa kanak-kanak (Crow & Crow, 1979). Banyak hal
yang mempengaruhi timbulnya minat baik yang berasal dari dalam diri individu
itu sendiri maupun yang berasal dari lingkungan terutama lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Jika minat bukan faktor bawaaan,
berarti minat diperoleh dari proses belajar dari lingkungan.
Sebagai manusia yang hidup di lingkungan masyarakat yang
majemuk, apalagi pada era teknologi informasi yang berkembang sangat pesat
seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini telah
membawa pada peradaban manusia yang global, pertukaran informasi mustahil untuk
mampu dibendung. Kejadian detik ini yang ada di ujung barat juga akan diterima oleh
orang-orang yang ada di ujung timur pada detik yang sama.
Kalau dulu orang yang bisa atau bercita-cita menjadi
dokter adalah orang-orang kota, namun sekarang anak-anak yang tinggal di
pegununganpun suda ada keinginan untuk menjadi dokter. Kalau dulu para guru
banyak didatangkan dari kota, sekarang sudah banyak anak-anak desa yang menjadi
guru. Perubahan dan perkembangan ini tidak lepas dari lingkungan yang telah
banyak memberikan informasi tentang berbagai profesi yang mungkin dapat diraih.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat
karir antara siswa sekolah menengah pertama (SMP) dengan siswa madrasah
tsanawiyah (MTs). Pengambilan data dilakukan di SMP Unggulan Bina Insani
Surabaya dan di MTs Negeri III Surabaya. Alasan pengambilan data dari dua
sekolah ini karena adanya beberapa perbedaan dari kedua sekolah tersebut.
Perbedaan utama adalah mengenai kurikulum atau mata pelajaran yang digunakan.
Pelajaran yang bermuatan agama jauh lebih banyak ada di MTs dari pada di SMP.
Selain itu, biasanya harapan dari orang siswa agar putra-putrinya dapat
memahami pengetahuan agama, terutama agama Islam. Sampel penelitian adalah
siswa kelas 7 yang masing-masing sekolah berjumlah 100 orang siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen tes Rothwell Miller Interest Blank (RMIB), yaitu untuk mengetahui
kecenderungan minat pekerjaan dari siswa. Aspek-aspek yang diungkap dari RMIB
adalah
1. Outdoor : Pekerjaan yang dilaku-kan diluar, diudara terbuka, tidak
berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya rutin.
2. Mechanical : Pekerjaan yang berhubungan dengan mesin/alat mekanik.
3. Compulational : Pekerjaan yang berhubungan dengan angka-angka.
4. Scientific : Pekerjaan yang menyangkut aktifitas analisis, penyelidikan,
penelitian, eksperi-men kimia dan ilmu pengetahuan lainnya.
5. Personal Contact : Pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi,
membujuk, bergaul dengan orang lain, pada dasarnya adalah suatu pekerjaan yang
membutuhkan kontak dengan orang lain.
6. Aesthetic : Pekerjaan yang berhu-bungan dengan hal seni dan men-ciptakan
sesuatu.
7. Literary : Pekerjaan yang berhu-bungan dengan buku, membaca dan
mengarang.
8. Musical : Memainkan musik, apre-siasi, dan hal-hal lain yang ber-kaitan
dengan musik.
9. Social Service : Pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan terhadap
kepentingan masyara-kat, kesejahteraan umum, mem-bimbing, menasehati dan
mema-hami.
10. Clerical : Pekerjaan yang menun-tut ketelitian dan kerapian
11. Practical : Pekejaan yang memer-lukan keterampilan, praktek, atau karya
tangan.
12. Medical : Pekerjaan yang berhubungan dengan pengobatan, perawatan
penyakit, penyembu-han dan hal yang dengan medis dan biologis.
Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan
analisis statistik, yaitu t-tes. Pengolahan datanya dilakukan dengan komputer
program SPSS-21.
Hasil Penelitian
Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa dari
12 aspek minat karir yang diungkap tes RMIB, hanya ada 3 aspek minat karir yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara minat karir siswa SMP
dengan minat karir siswa MTs, yaitu aspek scientific, personal contact dan
practical. Sedangkan 9 aspek lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan minat
karir antara siswa SMP dengan siswa MTs. Aspek-aspek minat karir yang tidak
berbeda adalah outdoor, mechanical, compulational, aesthetic, literary,
musical, social service, clerical dan medical. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Minat
Karir
|
t
|
Sig.
|
Outdoor
|
-1.180
|
.240
|
Mechanical
|
1.095
|
.275
|
Compulational
|
.589
|
.557
|
Scientific
|
-3.914
|
.000
|
Personal
Contact
|
3.921
|
.000
|
Aesthetic
|
-1.889
|
.060
|
Literary
|
-.296
|
.768
|
Musical
|
.010
|
.992
|
Social
Service
|
.259
|
.796
|
Clerical
|
1.046
|
.297
|
Practical
|
2.166
|
.032
|
Medical
|
-.267
|
.790
|
Minat Karir
|
Mean
|
|
SMP
|
MTs
|
|
Outdoor
|
53.48
|
55.66
|
Mechanical
|
46.61
|
44.82
|
Compulational
|
56.39
|
55.46
|
Scientific
|
64.68
|
72.62
|
Personal
Contact
|
50.64
|
45.4
|
Aesthetic
|
62.77
|
65.46
|
Literary
|
64.47
|
64.93
|
Musical
|
59.58
|
59.56
|
Social Service
|
70.2
|
69.76
|
Clerical
|
69.03
|
67.41
|
Practical
|
37.87
|
33.73
|
Medical
|
66.59
|
67.17
|
PEMBAHASAN
Aspek scientific merupakan minat terhadap pekerjaan yang
menyangkut aktifitas analisis, penyelidikan, penelitian, Eksperimen kimia dan
ilmu pengetahuan lainnya. Orang-orang yang suka pada bidang ilmiah ini akan
memiliki pemikiran yang orisinil dan motivasi yang kuat untuk menerapkan
ide-ide mereka hingga mencapai tujuan. Cepat melihat pola dalam peristiwa yang
terjadi disekitar mereka, dan mampu menyusun perspektif jangka panjang yang
jelas. Bila hendak melakukan sesuatu, ia akan mengorganisir lalu segera melaksanakannya.
Sering kali bersifat skeptis namun mandiri, memiliki standar kompetensi dan
kinerja yang tinggi untuk diri mereka sendiri maupun orang lain.
Hasil analisis data diketahui bahwa rata-rata minat
scientific lebih tinggi pada siswa MTs dari pada siswa SMP. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa MTs memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah sampai di
perguruan tinggi. Daya saing calon siswa MTs memang cukup tinggi, hal ini
dibuktikan dengan banyaknya peminat yang mendaftar. Dukungan dari guru-guru juga
cukup tinggi agar siswanya dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Adanya lingkungan yang demikian membuat para siswanya termotivasi untuk dapat
melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi.
Aspek personal contact merupakan minat terhadap pekerjaan
yang berhubungan dengan manusia, diskusi, membujuk, bergaul dengan orang lain,
pada dasarnya adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan orang lain.
Hasil analisis data diketahui bahwa rata-rata minat personal contact lebih
tinggi pada siswa SMP. Interaksi yang terjadi sehari-hari di SMP ini memang
sangat terbatas, jumlah penerimaan siswanya hanya sekitar 120 sampai 150 siswa
dalam setiap tahunnya. Keterbatasan jumlah siswa ini membuat para siswanya
cukup intesif dan cukup akrab dalam berinteraksi dengan teman-temannya.
Aspek practical merupakan minat terhadap pekerjaan yang
memerlukan keterampilan, praktek, karya atau keterampilan tangan. Hasil
analisis data diketahui bahwa rata-rata minat practical lebih tinggi pada siswa
SMP. Aspek ini dapat dipandang kebalikan dari aspek scientific yang lebih
menekankan pada potensi intelektualnya, sedangkan pada aspek praktical lebih
banyak membutuhkan tenaga dan otot. Lingkungan sosial ekonomi keluarganya juga
tergolong pada masyarakat menengah kebawah. Keinginan orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi masih relatif rendah. Harapan para
orang tua cenderung agar anaknya setelah lulus SMP melanjutkan ke SMK, dengan
harapan lulus SMK bisa cepat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Crow and Crow, 1987. Psikologi Pendidikan Buku I
(Terjemahan Kasijan). PT. Bina Ilmu, Surabaya.
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta
Sardiman,2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Grasindo Persada
Suparno, Paul. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget..
Yogyakarta: Kanisius
Slameto. 2003 . Belajar dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.
Winkel, W.S. (2005). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Hurlock, E.B, (1990) Psikologi Perkembangan Edisi ke-5,
Jakarta: Erlangga
Natawijaya, Rahman.. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Djaali, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Gerungan, Dipl. 2002. Psikologi Sosial. Bandung : Rafika
Aditama
Dillard, 1985. Life Long Career Planning. Ohio : A Bell
& Howell Co
Sharf, R.S. (1992). Applying Career Development Theory to
Counseling. California: Brooks/ Cole Publishing Company.