Senin, 07 Maret 2016

MINAT ..............



BIMBINGAN MINAT 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan, tempat untuk menimba ilmu, tempat melatih keterampilan, tempat untuk bersosialisasi serta tempat untuk mengembangkan bakat dan minat. Ternyata tuntutan masyarakat terhadap sekolah tidak hanya terbatas pada hal tersebut, perkembangan industri sekarang ini yang kian pesat ternyata membuat perusahaan-perusahaan melirik sekolah sebagai salah satu penyedia tenaga kerjanya walaupun bukan sebagai yayasan atau lembaga penyedia tenaga kerja, namun lebih sebagai lembaga yang menyiapkan kemampuan atau potensi untuk mampu bekerja. Bahkan ada juga lembaga pendidikan yang menjadi penghubung atau fasilitator antara pencari kerja dan pemberi kerja.
Permasalahan yang banyak dihadapi oleh pengusaha adalah kesulitan mencari tenaga kerja untuk perusahaannya. Padahal realitas yang ada dimasyarakat, jumlah tenaga kerja yang tersedia banyak sekali dan masih belum mendapatkan pekerjaan, namun mengapa perusahaan-perusahaan masih merasa kesulitan untuk memperoleh tenaga kerja. Jawabannya adalah karena kualitas sumber daya manusia yang masih kurang memenuhi kualifikasi perusahaan.
Sekolah atau guru pada khususnya sebagai pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dipundaknya terdapat tanggung jawab dan harapan besar orang tua dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan serta harapan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ujung dari proses pendidikan atau proses belajar mengajar di sekolah adalah mendapatkan pekerjaan yang layak dikemudian hari. Suatu hal yang wajar ketika para orang tua berusaha mencarikan sekolah yang bagus, yang berkualitas dengan harapan putra-putrinya mampu berkompetisi dengan anak-anak yang lain. Puluhan juta bahkan ratusan juta dipersiapkan agar putra-putrinya dapat menimba ilmu di lembaga yang dianggap berkualitas, yang menjadi harapannya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada sekolah atau perguruan tinggi yang menjadi favorit, menjadi rebutan siswa atau orang tua. Ada fakultas atau program studi yang menjadi rebutan walaupun biaya yang harus dibayar dengan nilai ratusan juta. Berbagai alasan siswa dan orang tua berebut fakultas atau program studi studi tersebut, mulai dari melanjutkan atau penerus profesi orang tuanya, kemungkinan kemudahan peluang kerja ketika lulus, tidak banyak pesaing, bahkan pada persoalan nilai status sosial. Karena ada anggapan bahwa jika dapat diterima di fakultas tertentu, ia adalah anak yang pinter, anak yang cerdas, teman-temannya memiliki status sosial yang menengah keatas. Hal ini sering kali mengalahkan faktor minat dan kepribadian, yang sebenarnya juga sangat penting dalam proses belajar mengajar dan dalam dunia kerja.
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaranpun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator dan fasilitator. Dengan demikian, dalam hal ini selain peran guru sebagai pendidik dan pengajar juga peran guru dituntut sebagai motivator bagi siswanya. Karena dengan demikian, siswa tidak akan mengalami titik jenuh dalam belajar dan pada akhirnya minat dan motivasi siswa dalam belajar terus meningkat.
Keberhasilan belajar serta keberhasilan karir peserta didik dapat dipengaruhi juga oleh pemilihan dan penetapan peminatan belajar yang tepat. Peserta didik dalam proses pembelajaran akan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap bidang keahlian atau bidang pelajaran yang ia tempuh. Ketika materi pelajaran yang ia terima sesuai dengan minat atau keinginannya tentunya akan lebih nyaman, tidak memerlukan penyesuaian yang berat. Hal ini memerlukan pendampingan agar jangan sampai mengalami kesulitan dan dapat berkembang secara cepat dan optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Arah peminatan peserta didik dapat dimulai saat peserta didik mengenal objek dan diberi kesempatan atau ada kesempatan untuk berbuat. Semenjak anak usia dini yang dikembangan melalui Pendidikan Anak Usia Dini, dilanjutkan ke pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas dan sampai di tingkat Perguruan Tinggi. Arah peminatan peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya yang dapat berupa peminatan terhadap mata pelajaran, studi lanjut, keahlian, pekerjaan, jabatan, dan kehidupan keluarga. Harapan akhir dari pendidikan adalah peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas dan terampil, serta dapat mencapai kemandirian, kebahagiaan dan kesejahteraan.
Minat bukanlah hal yang dibawa sejak lahir, melainkan timbul sejalan dengan pengalaman individu. Minat bersifat pribadi dan berkembang  dimulai sejak masa kanak-kanak (Crow & Crow, 1979). Banyak hal yang mempengaruhi timbulnya minat baik yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun yang berasal dari lingkungan terutama lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Jika minat bukan faktor bawaaan, berarti minat diperoleh dari proses belajar dari lingkungan.
Sebagai manusia yang hidup di lingkungan masyarakat yang majemuk, apalagi pada era teknologi informasi yang berkembang sangat pesat seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini telah membawa pada peradaban manusia yang global, pertukaran informasi mustahil untuk mampu dibendung. Kejadian detik ini yang ada di ujung barat juga akan diterima oleh orang-orang yang ada di ujung timur pada detik yang sama.
Kalau dulu orang yang bisa atau bercita-cita menjadi dokter adalah orang-orang kota, namun sekarang anak-anak yang tinggal di pegununganpun suda ada keinginan untuk menjadi dokter. Kalau dulu para guru banyak didatangkan dari kota, sekarang sudah banyak anak-anak desa yang menjadi guru. Perubahan dan perkembangan ini tidak lepas dari lingkungan yang telah banyak memberikan informasi tentang berbagai profesi yang mungkin dapat diraih.
Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam empat unsur yaitu  :
a. Proses : bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus.
b. Irreversibilitas : bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik. Adanya pembatasan pilihan pekerjaan itu bersifat menentukan. Jadi umur akan mempengaruhi karir seseorang dan kesediaan kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan pekerjaannya.
c. Kompromi : bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang lain yaitu minat, kemampuan, dan nilai. Dalam unsur kompromi ini seseorang mulai mencari kesempurnaanya lagi melalui perkembangan sehingga muncullah konsep optimisme.
d. Optimisme : bahwa setiap orang mencari kecocokan paling baik antara minatnya yang terus mengalami perubahan, tujuan-tujuannya, dan keadaan yang terus berubah.
Pendapat Ginzberg sudah jelas bahwa pemilihan karier dapat berubah melalui suatu proses yang terus-menerus yang akhirnya menuju pada suatu titik kompromi dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau potensi yang dimiliki. Ketika ada salah satu syarat dari suatu fakultas yang tidak terpenuhi, apakah karena kemampuan intelektualnya ataupun kemampuan finansialnya, maka orang itu akan mengurangi bahkan mungkin merubah orientasi minat kariernya. Misalkan ketika ada seseorang berkeinginan untuk menjadi dokter, ada dua sarat utama yang harusa dimiliki, yaitu kemampuan secara intelektual, dia harus cerdas dan pinter, serta kemampuan finansial. Ketika orang itu tidak lulus dalam tes seleksi, maka ia akan melakukan kompromi dengan cara mencari universitas lain yang gradenya lebih rendah, atau mencari program studi yang mungkin masih satu rumpun, bahkan mungkin juga merubah orientasi minatnya dari fakultas kedokteran menjadi fakultas ekonomi.

0 komentar:

Posting Komentar