BIMBINGAN MINAT
Sekolah sebagai lembaga
pendidikan, tempat untuk menimba ilmu, tempat melatih keterampilan, tempat
untuk bersosialisasi serta tempat untuk mengembangkan bakat dan minat. Ternyata
tuntutan masyarakat terhadap sekolah tidak hanya terbatas pada hal tersebut,
perkembangan industri sekarang ini yang kian pesat ternyata membuat
perusahaan-perusahaan melirik sekolah sebagai salah satu penyedia tenaga
kerjanya walaupun bukan sebagai yayasan atau lembaga penyedia tenaga kerja, namun
lebih sebagai lembaga yang menyiapkan kemampuan atau potensi untuk mampu
bekerja. Bahkan ada juga lembaga pendidikan yang menjadi penghubung atau
fasilitator antara pencari kerja dan pemberi kerja.
Permasalahan yang
banyak dihadapi oleh pengusaha adalah kesulitan mencari tenaga kerja untuk
perusahaannya. Padahal realitas yang ada dimasyarakat, jumlah tenaga kerja yang
tersedia banyak sekali dan masih belum mendapatkan pekerjaan, namun mengapa
perusahaan-perusahaan masih merasa kesulitan untuk memperoleh tenaga kerja.
Jawabannya adalah karena kualitas sumber daya manusia yang masih kurang
memenuhi kualifikasi perusahaan.
Sekolah atau guru pada
khususnya sebagai pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Dipundaknya terdapat tanggung jawab dan harapan besar
orang tua dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan serta
harapan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ujung dari proses pendidikan
atau proses belajar mengajar di sekolah adalah mendapatkan pekerjaan yang layak
dikemudian hari. Suatu hal yang wajar ketika para orang tua berusaha mencarikan
sekolah yang bagus, yang berkualitas dengan harapan putra-putrinya mampu
berkompetisi dengan anak-anak yang lain. Puluhan juta bahkan ratusan juta
dipersiapkan agar putra-putrinya dapat menimba ilmu di lembaga yang dianggap
berkualitas, yang menjadi harapannya.
Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa ada sekolah atau perguruan tinggi yang menjadi favorit,
menjadi rebutan siswa atau orang tua. Ada fakultas atau program studi yang
menjadi rebutan walaupun biaya yang harus dibayar dengan nilai ratusan juta.
Berbagai alasan siswa dan orang tua berebut fakultas atau program studi studi
tersebut, mulai dari melanjutkan atau penerus profesi orang tuanya, kemungkinan
kemudahan peluang kerja ketika lulus, tidak banyak pesaing, bahkan pada
persoalan nilai status sosial. Karena ada anggapan bahwa jika dapat diterima di
fakultas tertentu, ia adalah anak yang pinter, anak yang cerdas, teman-temannya
memiliki status sosial yang menengah keatas. Hal ini sering kali mengalahkan
faktor minat dan kepribadian, yang sebenarnya juga sangat penting dalam proses
belajar mengajar dan dalam dunia kerja.
Sejalan dengan
pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang
berorientasi kepada peserta didik (student
oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaranpun mengalami
pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator dan fasilitator.
Dengan demikian, dalam hal ini selain peran guru sebagai pendidik dan pengajar
juga peran guru dituntut sebagai motivator bagi siswanya. Karena dengan
demikian, siswa tidak akan mengalami titik jenuh dalam belajar dan pada
akhirnya minat dan motivasi siswa dalam belajar terus meningkat.
Keberhasilan belajar
serta keberhasilan karir peserta didik dapat dipengaruhi juga oleh pemilihan
dan penetapan peminatan belajar yang tepat. Peserta didik dalam proses
pembelajaran akan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap bidang keahlian
atau bidang pelajaran yang ia tempuh. Ketika materi pelajaran yang ia terima
sesuai dengan minat atau keinginannya tentunya akan lebih nyaman, tidak memerlukan
penyesuaian yang berat. Hal ini memerlukan pendampingan agar jangan sampai
mengalami kesulitan dan dapat berkembang secara cepat dan optimal sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
Arah peminatan peserta
didik dapat dimulai saat peserta didik mengenal objek dan diberi kesempatan
atau ada kesempatan untuk berbuat. Semenjak anak usia dini yang dikembangan
melalui Pendidikan Anak Usia Dini, dilanjutkan ke pendidikan Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas dan sampai di
tingkat Perguruan Tinggi. Arah peminatan peserta didik sesuai dengan tingkat
perkembangannya yang dapat berupa peminatan terhadap mata pelajaran, studi
lanjut, keahlian, pekerjaan, jabatan, dan kehidupan keluarga. Harapan akhir
dari pendidikan adalah peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia,
cerdas dan terampil, serta dapat mencapai kemandirian, kebahagiaan dan
kesejahteraan.
Minat bukanlah hal yang
dibawa sejak lahir, melainkan timbul sejalan dengan pengalaman individu. Minat
bersifat pribadi dan berkembang dimulai
sejak masa kanak-kanak (Crow & Crow, 1979). Banyak hal yang mempengaruhi
timbulnya minat baik yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun
yang berasal dari lingkungan terutama lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Jika minat bukan faktor bawaaan, berarti minat diperoleh
dari proses belajar dari lingkungan.
Sebagai manusia yang
hidup di lingkungan masyarakat yang majemuk, apalagi pada era teknologi
informasi yang berkembang sangat pesat seperti sekarang ini. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat ini telah membawa pada peradaban manusia yang
global, pertukaran informasi mustahil untuk mampu dibendung. Kejadian detik ini
yang ada di ujung barat juga akan diterima oleh orang-orang yang ada di ujung
timur pada detik yang sama.
Kalau dulu orang yang
bisa atau bercita-cita menjadi dokter adalah orang-orang kota, namun sekarang
anak-anak yang tinggal di pegununganpun suda ada keinginan untuk menjadi
dokter. Kalau dulu para guru banyak didatangkan dari kota, sekarang sudah
banyak anak-anak desa yang menjadi guru. Perubahan dan perkembangan ini tidak
lepas dari lingkungan yang telah banyak memberikan informasi tentang berbagai
profesi yang mungkin dapat diraih.
Konsep perkembangan dan
pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam empat unsur
yaitu :
a.
Proses : bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses yang berlangsung
secara terus-menerus.
b.
Irreversibilitas : bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik.
Adanya pembatasan pilihan pekerjaan itu bersifat menentukan. Jadi umur akan
mempengaruhi karir seseorang dan kesediaan kesempatan bisa saja menyebabkan
orang berubah dalam pilihan pekerjaannya.
c.
Kompromi : bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor
yang lain yaitu minat, kemampuan, dan nilai. Dalam unsur kompromi ini seseorang
mulai mencari kesempurnaanya lagi melalui perkembangan sehingga muncullah
konsep optimisme.
d.
Optimisme : bahwa setiap orang mencari kecocokan paling baik antara minatnya
yang terus mengalami perubahan, tujuan-tujuannya, dan keadaan yang terus
berubah.
Pendapat Ginzberg sudah
jelas bahwa pemilihan karier dapat berubah melalui suatu proses yang terus-menerus
yang akhirnya menuju pada suatu titik kompromi dengan mempertimbangkan berbagai
aspek atau potensi yang dimiliki. Ketika ada salah satu syarat dari suatu
fakultas yang tidak terpenuhi, apakah karena kemampuan intelektualnya ataupun
kemampuan finansialnya, maka orang itu akan mengurangi bahkan mungkin merubah
orientasi minat kariernya. Misalkan ketika ada seseorang berkeinginan untuk
menjadi dokter, ada dua sarat utama yang harusa dimiliki, yaitu kemampuan
secara intelektual, dia harus cerdas dan pinter, serta kemampuan finansial. Ketika
orang itu tidak lulus dalam tes seleksi, maka ia akan melakukan kompromi dengan
cara mencari universitas lain yang gradenya lebih rendah, atau mencari program
studi yang mungkin masih satu rumpun, bahkan mungkin juga merubah orientasi
minatnya dari fakultas kedokteran menjadi fakultas ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar